Perjalanan bersama teman teman kantor kemudian berlanjut ke tempat wisata selanjutnya. Akan tetapi, karena waktu sudah menunjukkan tengah hari, maka mobil yang membawa kami meluncur ke suatu tempat untuk memanjakan perut perut yang mulai kelaparan. Kami memilih makan di sebuah rumah makan yang menyajikan menu Hot Cui Mie Malang. Rumah Makan yang berada di jalan turun dari Kota Batu menuju Malang Kota ini menyajikan berbagai menu Cui Mie. Mungkin karena masih terbilang pagi, rumah makan ini terlihat sepi. Suasana di tempat ini cukup menyenangkan. Terdapat kolam ikan yang cukup terawat. Ada pula pohon Jambu biji beserta buahnya yang langsung dipetik oleh beberapa orang teman (dengan izin pemilik tentunya). Sambil menunggu pesanan makanan datang, beberapa dari kami shalat dhuhur terlebih dahulu di mushola samping rumah makan ini.
Beberapa belas menit sudah berlalu, makanan pun satu persatu tiba di meja. Cui Mie yang disajikan ternyata cukup unik. Terdiri dari satu mangkuk kecil kuah cui mie, satu mangkuk besar Cui Mie yang disajikan dengan taburan daging, sayur, dan bumbu lainnya. Tak lupa pula pangsit yang digunakan sebagai dasar dari Cui Mie ini. Untuk minuman, saya memesan satu cangkir cokelat panas serta tak lupa air minum botol sebagai pelancar tenggorokan. Saya lihat kanan kiri, ternyata rata rata memesan makanan yang sama. 😀
Untuk rasa, ternyata sangat lezat. Mungkin karena saya sudah terlalu lama tidak merasakan Cui Mie Malang. Ketika disiram kuah, Pangsit yang menjadi dasar Cie Mie tidak cepat lembek, mie nya juga berasa kenyal dan gurih. Jadi ingin nambah rasanya. Sayangnya, saya tidak mendapatkan lungsuran karena yang duduk di sebelah kanan dan kiri saya semuanya hobi makan. 🙁
Semua sudah kenyang, perjalanan pun dilanjutkan menuju Museum Angkut. Wisata Museum Angkut terletak di Jalan Terusan Sultan Agung Atas, berada tepat di bawah Agrowisata, destinasi pertama kami pagi ini. Museum Angkut merupakan sebuah museum dengan koleksi berbagai alat transportasi dari berbagai negara dan dari berbagai waktu. Terdapat pula beberapa teknologi di bidang transportasi, seperti sepeda untuk cas baterai Smartphone, serta Tuxuci, mobil listrik Indonesia yang mengalami kecelakaan parah di Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Tidak hanya transportasi, di dalam museum ini juga ditampilkan replika berbagai tujuan wisata mancanegara. Terdapat zebra cross Abbey Road, dimana pernah dipakai The Beatles untuk promo albumnya. Ada pula replika istana Buckingham di Inggris beserta tamannya. Ya, wisata Museum Angkut cocok sekali dikunjungi bagi orang orang yang suka fotografi. pemandangan disini cukup mirip dengan suasana di negara asalnya.
Cukup panjang juga museum ini, hampir 3 jam kami berjalan kaki menelusuri berbagai negara serta ragam transportasi yang ada. Di akhir perjalanan, terdapat zona dimana wisatawan dapat menikmati berbagai macam kuliner nusantara, dari Sumatra sampai Papua. Zona ini memiliki desain unik dengan konsep utama kepulauan sehingga zona ini dikelilingi oleh sungai. Pada zona ini juga dijual berbagai pernak pernik dan oleh oleh dari museum angkut. Ada satu wahana yang menarik perhatian saya, yaitu perahu dayung yang dapat disewa untuk mengantarkan wisatawan berkeliling area ini. Saya sempat mencoba sensasi naik perahu tersebut, sungguh pengalaman yang menyenangkan, antara senang dan takut tenggelam. 😀
Pada zona ini juga terdapat sebuah museum dimana di dalamnya berisi berbagai macam peralatan tradisional dari berbagai suku di Indonesia. Ah, saya lupa mengambil foto di dalamnya. Perjalanan kamipun berakhir disini.
Matahari mulai menenggelamkan dirinya di barat ketika kami keluar dari Museum Angkut. Seperti biasa, meskipun sudah cukup lelah seharian ini berkeliling, kami masih aktif untuk bercanda dan saling membully satu sama lain. Seperti biasa, pak Ketum yang selalu mengeluarkan kalimat kalimat kontroversi dan multitafsir kembali membuat kami semua tertawa terbahak
bahak kali ini. Entah siapa yang memulai, tiba tiba pak Ketum bicara kepada Caliana salah seorang teman kami, “Kamu mau ndak kalau tak Imami?”. Sontak, semua yang mendengar kalimat itu langsung bilang, “Terima terima”, “Itu ada yang mau jadi imam Cal”, dan langsung semua ketawa saat itu juga 😀 . Semua lelah langsung sirna seketika.
Sebelum kami semua pulang ke Surabaya, kami menikmati makan malam di restoran Taman Indie yang memiliki view apik di daerah perumahan Araya yang terletak di sekitar terminal Arjosari. Perumahan ini cukup nostalgic, karena saya pernah beberapa bulan tinggal di daerah ini untuk membanting tulang demi sesuap nasi. Dan saya baru tahu kalau ternyata ada sebuah restoran dengan view dan desain yang apik  ketika wisata kali ini 😀 , maklum, dulu saya makan kalau tidak di warung depan kos, ya di kantor, mbois sedikit makan di KFC Sarinah :D. Ketika kami tiba di lokasi, ternyata masakan sudah siap untuk dihidangkan. Saya memesan Iga Bakar + Nasi + Es Campur sebagai menu makan malam kali ini. Sambil menunggu makanan dihidangkan di meja makan, saya shalat terlebih dahulu di mushola yang ada dalam restoran ini. Selesai shalat, melihat meja makan sudah mulai menyapa perut yang kelaparan, saya langsung tancap gas untuk makan Iga Bakar 😀 . Tampilan Iga Bakar yang disajikan cukup membuat liur ini semakin menetes. Iga Bakar disajikan di atas alas daun pisang dengan lalapan tentunya. Nasi pun dibungkus daun pisang. Memang porsinya tak sebanyak salah satu rumah makan Iga Bakar di Surabaya, tapi cukup untuk mengisi perut yang lapar.
Ternyata dengan porsi yang tidak terlalu banyak itu sudah cukup membuat perut kekenyangan. Cukup mengejutkan, ternyata masih ada yang kuat makan sampai ditawari makanan dari meja sebelah. Dan yang lebih mengejutkan lagi, badannya tidak melar (-_- )a. Mungkin lain kali saya tanyakan apa rahasianya. Setelah kenyang dan puas menikmati nyamannya restoran ini, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya. Thanks for the Great Adventure today, Guys! ^_^