Setelah sekian lama menggunakan produk kamera milik brand Sony, akhirnya perlahan lahan saya mulai tergoda untuk beralih ke salah satu brand kamera yang terkenal akan desain retronya yang melegenda. Kini, saya beralih menggunakan kamera milik brand Fujifilm. Saat pembelian kamera ini, cukup membuat sport jantung. Pasalnya, saya membeli kamera secara online di salah satu lapak di daerah Cilacap. Pengiriman menggunakan layanan YES (Yakin Esok Sampai) salah satu vendor logistik ternama ternyata mengalami keterlambatan sehingga paket yang harusnya tiba sehari setelah dikirim oleh seller baru tiba di rumah 3 hari kemudian. Hmmm, harusnya diganti namanya itu menjadi YESKS (Yakin Esok Sampai Kalau Sempat). Untungnya, paket yang terlambat tidak mengalami masalah apapun saat pengiriman dan berfungsi dengan lancar setelah dilakukan unboxing dan review untuk fungsi fungsi kamera.
Fujifilm X-T100 menjadi pilihan saya sebagai partner travelling untuk beberapa tahun ke depan. Salah satu yang menjadi pertimbangan memilih Fuji adalah saya biasanya hanya menggunakan 3 macam lensa untuk dibawa bawa, lens kit, lensa tele, dan lensa fix 35mm / 50mm. Sony dan Fuji dapat memfasilitasi kebutuhan saya untuk lensa lensa pada ranah tersebut sehingga tidak menjadi masalah bagi saya memilh salah satu dari kedua brand ini.
Selain itu, adalah usia dari X-T100 yang terbilang masih seumur jagung (Sekitar Mei 2018) sehingga dukungan layanan after sales untuk kamera ini akan lebih panjang dibandingkan dengan kamera Sony A6000 yang release di tahun 2014.
Ketiga, saya tak dapat memungkiri bahwa saturasi dan ketajaman warna kamera Fuji lebih dalam ketimbang milik Sony dengan kisaran harga yang sama tentunya. Sebagai informasi, kamera mirrorless Sony (juga lensanya) terkenal dengan harganya yang fantastis. Sayapun menggunakan kamera hanya sebagai partner travelling untuk mengabadikan moment moment penting ketika travelling danjarang sekali menggunakan fitur fitur yang sering dipakai profesional di bidang fotografer sehingga Fuji saya rasa sudah cukup untuk mengakomodasi kebutuhan saya tersebut. Untuk Canon, sebenarnya bagus, cuman saya kurang suka sama baterainya yang cepat sekali habis.
Keempat, tak dapat dipungkiri tak sedikit foto foto yang sudah saya ambil menggunakan kamera lama saya, baik itu sebagai koleksi ataupun yang menghasilkan pundi pundi rupiah. Jadi, cukup sayang kalau dijual sebenernya. But, time must go on. Semoga kamera lama saya dapat memberikan rezeki untuk pemilik selanjutnya. Dan akhirnya, semoga saya dapat menghasilkan karya karya yang lebih baik dengan kamera baru saya. Cheers!
Goodbye Sony, Thanks for accompany me for years. Welcome Fujifilm!